Jumat, 27 April 2012

SAAT PONSEL MENJADI


SAAT PONSEL MENJADI SEGALANYA
(oleh: Muhammad Adnan M)
KEHILANGAN ponsel ibarat kehilangan belahan jiwa”. Pernyataan ini boleh jadi terdengar berlebihan bagi sebagian. Akan tetapi, bagi sebagian orang lagi, hal ini bisa jadi merupakan ungkapan hati yang jujur.
Orang yang merasa tidak bias hidup tanpa ponsel biasanya akan terus berupaya agar peranti komunikasi tersebut tidak jauh dari genggaman. Kondisi ketakutan dan kepanikan takut yang melanda saat jauh dari ponsel kini diistilahkan sebagai nomophobia, alias no-mobile-phone phobia.
Baru-baru ini, lembaga survei Secur Envoy meneliti kecenderungan nomophobia pada 1.000 responden di Inggris. Hasilnya, cukup mencengangkan. Sebanyak 2/3 responden (66 persen) ternyata merasa takut untuk jauh terhadap ponselnya. Angka ini meningkat sebesar 11 persen dari data empat tahun yang lalu.
Penelitian lebih lanjut menemukan perbedaan perilaku penggunaan ponsel berdasarkan gender. Sebanyak 70 persen perempuan mengaku takut berada jauh dari ponsel. Sementara itu, laki-laki hanya sebanyak 61 persen.
Asia juga ditenggarai berpotensi menjadi benua yang memiliki angka penderita nomophobia terbanyak (consumtif teknologi). Hal ini bukan tanpa alasan. Beberapa Negara seperti India, China, Indonesia, Jepang, dan Pakistan masuk dalam daftar 10 besar Negara dunia dengan angka penggunaan ponsel yang tinggi.
Menariknya, penggunaan ponsel di kalangan usia remaja mempunyai angka yang lebih tinggi dan berpotensi mengalami nomophobia. Pada tahun 2010, riset Nielsen menemukan lebih dari 70 persen remaja Indonesia usia 15-19 tahun telah menggunakan ponsel. Sementara remaja usia 10-14 tahun, pengguna ponsel meningkat 35 persen. Angka ini diduga akan teruss bertambah dan berpotensi memicu nomophobia.
Kehadian Media Sosial
Di Indonesia, ponsel menjadi alat yang paling popular untuk mengakses internet dengan lebih dari 43 persen dari populasi digital. Fitur ini sebagian besar digunakan untuk mengakses media social. Dampaknya, intensitas penggunaan ponsel pun meningkat.
Kerap dijumpai kaum remaja terlihat asyik bermain dengan gadget pribadi di mana pun berada. Menggunakan ponsel sebagai teman saat di toilet, bahkan sebagai “teman tidur” pada malam hari. Bahkan, film Republik Twitter (2012) mengistilahkan dengan “generasi menunduk”.
Keprihatinan terhadap perilaku pengguna ponsel di Indonesia memang tidak pernah tuntas selama teknologi terus berkembang. Oleh karena itu, sebagai pengguna teknologi yang cerdas, sebaiknya Anda mampu mengontrol diri agar tingkat ketergantungan semakin tinggi.
Sumber: Kompas Klasika