SAAT PONSEL MENJADI SEGALANYA
(oleh: Muhammad Adnan M)
“KEHILANGAN ponsel ibarat kehilangan belahan jiwa”.
Pernyataan ini boleh jadi terdengar berlebihan bagi sebagian. Akan tetapi, bagi
sebagian orang lagi, hal ini bisa jadi merupakan ungkapan hati yang jujur.
Orang yang merasa tidak bias hidup tanpa ponsel biasanya akan terus
berupaya agar peranti komunikasi tersebut tidak jauh dari genggaman. Kondisi
ketakutan dan kepanikan takut yang melanda saat jauh dari ponsel kini
diistilahkan sebagai nomophobia, alias no-mobile-phone phobia.
Baru-baru ini, lembaga survei Secur Envoy meneliti kecenderungan
nomophobia pada 1.000 responden di Inggris. Hasilnya, cukup mencengangkan.
Sebanyak 2/3 responden (66 persen) ternyata merasa takut untuk jauh terhadap
ponselnya. Angka ini meningkat sebesar 11 persen dari data empat tahun yang lalu.
Penelitian lebih lanjut menemukan perbedaan perilaku penggunaan
ponsel berdasarkan gender. Sebanyak 70 persen perempuan mengaku takut berada
jauh dari ponsel. Sementara itu, laki-laki hanya sebanyak 61 persen.
Asia juga ditenggarai berpotensi menjadi benua yang memiliki angka
penderita nomophobia terbanyak (consumtif teknologi). Hal ini bukan tanpa
alasan. Beberapa Negara seperti India, China, Indonesia, Jepang, dan Pakistan
masuk dalam daftar 10 besar Negara dunia dengan angka penggunaan ponsel yang
tinggi.
Menariknya, penggunaan ponsel di kalangan usia remaja mempunyai
angka yang lebih tinggi dan berpotensi mengalami nomophobia. Pada tahun 2010,
riset Nielsen menemukan lebih dari 70 persen remaja Indonesia usia 15-19 tahun
telah menggunakan ponsel. Sementara remaja usia 10-14 tahun, pengguna ponsel
meningkat 35 persen. Angka ini diduga akan teruss bertambah dan berpotensi
memicu nomophobia.
Kehadian Media Sosial
Di Indonesia, ponsel menjadi alat yang paling popular untuk
mengakses internet dengan lebih dari 43 persen dari populasi digital. Fitur ini
sebagian besar digunakan untuk mengakses media social. Dampaknya, intensitas
penggunaan ponsel pun meningkat.
Kerap dijumpai kaum remaja terlihat asyik bermain dengan gadget
pribadi di mana pun berada. Menggunakan ponsel sebagai teman saat di toilet,
bahkan sebagai “teman tidur” pada malam hari. Bahkan, film Republik Twitter
(2012) mengistilahkan dengan “generasi menunduk”.
Keprihatinan terhadap perilaku pengguna ponsel di Indonesia memang
tidak pernah tuntas selama teknologi terus berkembang. Oleh karena itu, sebagai
pengguna teknologi yang cerdas, sebaiknya Anda mampu mengontrol diri agar
tingkat ketergantungan semakin tinggi.
Sumber: Kompas Klasika